Monday, July 27, 2009

Psikologi Dunia Maya

Teknologi komunikasi dan informasi merupakan salah satu sendi kehidupan manusia modern yang berkembang dengan sangat cepat. Dan perangkat hebat yang mendasarinya tidak lain dan tidak bukan adalah komputer. Cikal bakal komputer telah ditemukan kurang lebih 5000 tahun yang lalu, dalam rupa sebuah mesin hitung sangat sederhana dan masih tradisional, Abacus. Yang kemudian terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Komputer modern sendiri mulai berkembang sejak era perang dunia I dan II. Namun kini ia telah menjelma menjadi sebuah mesin elektronik dengan kapasitas dan kemampuan yang luar biasa. Meskipun konsep kerjanya masih berkutat dengan logika 0 dan 1.

Perkembangan teknologi komputasi itu turut melahirkan generasi-generasi penerus perangkat teknologi komunikasi dan informasi. Hal itu tentu saja turut mempengaruhi dan merubah cara manusia berkomunikasi. Berkat kontribusi ARPA (Advanced Research Project Agency – Departemen Pertahanan Amerika Serikat), internet dapat ditemukan. Dan kini, internet merupakan salah satu sarana berkomunikasi dan bertukar informasi yang efektif dan efisien. Beragam fasilitas ditawarkan oleh internet, diantaranya; IRC (Internet Relay Chat; mIRC, x-chat, dsb), Instant Messaging (Yahoo! Messenger, Windows Live, dsb), E-Mail (Electronic Mail), WWW (World Wide Web), VoIP (Voice over Internet Protocol; Skype, dsb), dan lain sebagainya. Ditambah lagi dengan semakin berkembangnya platform Web 2.0 yang menurut saya agak mirip dengan konsep demokrasi; dari pengguna, oleh pengguna, dan untuk pengguna. Beragam platform Web 2.0 diantaranya; Blog, situs-situs social networking (Facebook, Multiply, Friendster, dsb), hingga platform micro-blogging (Plurk, Twitter, dsb). Selain itu telah banyak situs-situs konvensional yang kini mulai beralih ke platform Web 2.0.

Derasnya penetrasi internet di masyarakat, tak pelak lagi turut mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat tersebut. Khususnya cara mereka berkomunikasi antara satu sama lain. Marshall McLuhan dalam karyanya “The Medium is the Message” mengklaim bahwa:

“suatu alat (atau suatu proses teknologi) modern – elektronik – memberikan bentuk baru dan merestrukturisasi skema ketergantungan sosial layaknya setiap aspek kehidupan pribadi kita… Kehidupan sosial lebih bergantung pada sifat dasar alat tersebut, yang menyebabkan orang-orang saling bertentangan antara satu sama lain, daripada terhadap konteks komunikasi itu sendiri. Kurangnya pengetahuan apa dan bagaimana komunikasi itu akan menyebabkan seseorang kurang memahami perubahan sosial dan budaya.” idrus.net

urusan moral dunia maya dan nyata

Mestinya, jangan anggap nilai-nilai yang ada di dunia maya tidak lebih rendah dari nilai-nilai yang ada di dunia nyata. Sebagai contoh, kalau di dunia nyata judi dan pornografi menyalahi norma susila, ya jangan juga dilakukan di dunia internet. Sebab jika kamu melakukannya, sanksinya sebenarnya sama saja dengan saat kamu melakukannya di dunia nyata. Kalau pembajakan hak intelektual dianggap kejahatan di dunia nyata, tidak ada beda dengan kejahatan serupa di dunia maya. Bagi saya pribadi, dunia nyata dan dunia maya itu paralel dalam urusan nilai, etika, etiket dan estetika. Melanggar hukum dan norma sebagaimana yang terjadi di dunia nyata, juga menghasilkan akibat buruk (bagi pelakunya) di dunia maya.

Banyak hal tidak senonoh yang berpotensi melanggar hukum dan norma di internet. Salahsatunya menyampaikan surat beranting (berantai) tanpa jelas siapa pengirimnya kepada imel orang lain. Mengirimkan junk mail berisi iklan-iklan juga termasuk pelanggaran paling mendasar. Jika kamu anggota sebuah milis dan kamu sedang membahas topik tertentu, misalnya “Netiquette”, sebaiknya kamu hanya bicara perkara Netiquette itu saja. Jangan saat orang lain berdiskusi mengenai netiquette, kamu mempostingkan sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Netiquette. Katakanlah kamu tiba-tiba mempostingkan “Asyiknya Main Futsal”.

Tentu saja tidak sanksi yang bakal kamu dapatkan dengan hanya mempostingkan perkara “futsal” di bahasan Netiquette. Hanya saja jika kamu melakukannya, kamu termasuk netter yang tidak sopan dan tidak beretika. Itulah sebabnya, mengomentari sebuah tulisan atau mengomentari komentar itu sendiri, harus tidak keluar dari konteks bahasan, tidak keluar dari topik. Tetaplah pada topik itu, kecuali kamu memang berniat tidak sopan di internet karena merasa tidak ada orang lain yang memperhatikan gerak-gerikmu.
pepihnugraha

dunia maya VS dunia nyata

Coba anda bayangkan dan anda bandingkan, era-era 90-an dimana hanya sebagian kecil dari masyarakat Indonesia yang mengetahui dan menggunakan internet dalam keseharian mereka. Paling-paling hanya mereka yang berasal dari kalangan mahasiswa ataupun karyawan kantoran yang berasal dari kalangan menengah keatas. Itupun, mungkin hanya digunakan untuk browsing (mencari data dan informasi), mengirimkan dan menerima email ataupun sampai berkomunikasi lewat chatting.

Tapi lihat kondisinya saat ini, apakah masih seperti itu? Pernahkan anda dalam keseharian anda, melihat disekeliling anda, banyak dari sahabat, rekan kerja, bahkan sanak keluarga yang mulai menyukai, mulai getol, mulai lengket dan tidak bisa lepas dari yang namanya Facebook. Bukan hanya Facebook sebenarnya menjadi “candu di internet”, ini mungkin hanya salah satunya yang paling kelihatan dan paling berpengaruh. Ada sekian banyak jejaring-jejaring sosial, online game dan hal-hal menarik lainnya di internet yang bisa membujuk orang untuk online internet seharian. Belum lagi teknologi pendukungnya seperti Laptop, akses Free WIFI sampai gadget seperti BlackBerry (BB) yang semakin memudahkan kita untuk berinternet ria!

Hari-hari belakangan ini, “efek Facebook dan jejaring sosial” lainnya sudah mulai ditanggapi serius oleh kalangan dunia bisnis dan pemerintahan. Tidak tanggung-tanggung dan tidak sedikit perusahan di Jakarta yang sudah “menutup secara sepihak”, jaringan internet dan network komputer mereka agar pegawai dan karyawannya tidak bisa mengakses dan menggunakan jejaring sosial tersebut selama jam kantor. Bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan sebenarnya, tetapi harus dilakukan. Hal ini dikarenakan perlahan tetapi pasti para pegawai mereka menjadi tidak maksimal dalam setiap pekerjaan mereka di kantor?

Saya pribadi sangatlah bergembira disatu sisi, dimana internet sudah semakin diterima dan dimengerti oleh masyarakat Indonesia. Mereka akan semakin pintar, melek teknologi, tidak “gaptek”, punya banyak informasi! Itulah yang saya banggakan. Tapi sudah siapkan masyarakat Indonesia menggunakan semua teknologi canggih ini? Euforia dan cepatnya perkembangan inilah yang kelihatannya terlalu

Nah, bagaimana anda menyikapi dan menanggapi fenomena ini? Silahkan anda sikapi sendiri dengan bijaksana!

jagoaninternet.com